Dyaswara_Al_Binta
Jumat, 25 Oktober 2013
Pelayanan Kesehatan Masa Depan
Karya : Nur Dyaswara Eka K. (13.1288.B)
Karya : Nur Dyaswara Eka K. (13.1288.B)
Pendahuluan
Dalam
kehidupan ini tentunya sangat penting dengan yang namanya kesehatan. Kesehatan
dan manusia diibaratkan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia sangat
perlu yang namanya kesehatan. Dengan keadaan badan, pikiran, dan sosialnya yang
sehat tentunya kita dapat melakukan
produktifitas dengan maksimal. Kebutuhan kesehatan inilah sangat
dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Apabila seseorang sakit tentu
saja orang itu membutuhkan pelayanan kesehatan baik dari dokter, bidan, ataupun
tenaga kesehatan lainnya. Pelayananan kesehatan bisa kita dapatkan di rumah
sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, rumah bersalin, dan lain
sebagainya.
Pelayanan
kesehatan semestinya diberikan untuk memberikan layanan kesehatan kepada
orang-orang yang sedang membutuhkan layanan kesehatan tersebut. Entah itu
konsultasi kesehatan ataupun periksa kesehatan. Pelayanan kesehatan semestinya
tidak memandang seseorang dari segi sosial dan ekonominya, karena kesehatan
merupakan kebutuhan semua masyarakat baik itu orang kaya, orang miskin,
pejabat, bahkan seorang buruhpun dan sebagainya.
Pelayananan
kesehatan inilah sangat penting untuk mengupayakan melayanan kesehatan yang
tepat dan cepat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada dalam
masyarakat. Pelayanan kesehatan ini biasanya berupa pelayanan kesehatan ibu dan
anak, kesehatan keluarga, kesehatan remaja, sampai kesehatan lansia.
Namun,
saat ini pelayanan kesehatan masih belum
dapat diberikan pelayanan kesehatan
secara maksimal kepada para mereka yang
membutuhkannya. Masih banyak
instansi- instansi kesehatan, dokter, bidan dan petugas kesehatannya lainnya
yang belum memberikan layanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat.
Mereka masih memandang memilih sebelah mata kepada orang yang terpandang dan
orang yang kurang mampu. Mereka juga masih mementingkan kebutuhkan pribadinya sendiri, tanpa menghiraukan masih
ada orang yang membutuhkan pelayanan
kesehatan darinya.
Kasus :
Ini
terjadi sekitar enam tahun yang lalu ketika ada seseorang jatuh sakit setelah
menghadiri sebuah acara. Seorang tersebut mengeluh pusing dan dia langsung
minum obat yang dibelinya di warung.
Setelah sampai dirumahnya tiba-tiba orang tesebut jatuh di tempat tidur dan mendadak
panas tinggi sampai kejang-kejang. Keluarga orang itu panik dan langsung
mencari pertolongan kepada dokter. Setelah salah satu dari keluarga datang ke
rumah dokter, dokternya memang masih ada di rumah dan kata anaknya sedang
tidur. Dengan kebutuhan yang mendesak keluarga orang tersebut menyuruh anaknya
untuk membangungkan orangtuanya karena ada orang sakit yang harus segera
mendapat pelayanan kesehatan darinya. Berhubung tidak ada lagi dokter lain yang
masih berada di rumah. Sewaktu anaknya membangungkan orangtuanya anak dokter
itu kembali menemui keluarga pasien, kata si anak bapaknya mau sholat terlebih
dahulu. Tentu saja keluarga pasien menunggunya. Setelah hampir setengah jam
ditunggu, keluarga pasien kembali menemui anak dokter tersebut. Dengan kaget
keluarga pasien, mendengar pernyataan dari anak dokter. Yang katanya kalau
bapaknya masih istirahat dan tidak bisa diganggu. Keluarga pasien merasa kesal
dengan dokter, yang hanya memikirkan kebutuhan pribadinya. Padahal masih ada
orang yang sakit membutuhkan pertolongannya. Keluarga pasien itupun segera
pulang dan menceritakan sikap dokter kepada keluarganya yang lain. Akhirnya
tanpa pikir panjang keluarga membawa pasien ke rumah sakit.
Sesampai
di rumah sakitpun orang itu tidak segera mendapatkan pelayanan, beliau harus
menunggu para tenaga kesehatan. Entah kemana para petugasnya? Padahal pasien
sudah sangat lemas dan hampir pingsan. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit
orang itu baru bisa mendapat mendapat pelayanan kesehatan yang ada. Itupun langsung
dimintai uang administrasi padahal pasien belum setelah di periksa. Dalam
layanan administrasipun kurang memuaskan bagi keluarga pasien. Si pasien
tenyata harus di rawat inap di rumah sakit tersebut. Setelah pasien di bawa ke
ruang inap tenyata malah di bawa ke ruang inap kelas III, dalam ruangan
tersebut ada banyak pasien-pasien dan kondisinyapun sangat pengap dan tidak
efektif untuk penyembuhan. Keluarga pasien mengingingkan bahwa pasien di
pindahkan di ruang inap kelas II yang hanya menampung tiga pasien agar bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Di rumah sakit itupun
penataannya belum rapi dan kebersihannya belum terjaga. Masih berantakan dan
kotor akan sampah-sampah. Padahal penataan ruang dan kebersihan merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan. Entah itu di rumah sakit ataupun di tempat
layanan kesehatan yang lain.
Dalam
pelayanan makanan bagi pasienpun masih belum bervariasi dan kadang juga masih
telat pemberiannya. Dokter yang menanganinyapun sering telat memeriksa dan para
perawat kurang memperhatikan pasiennya.
Kritik dan Saran
Sebaiknya
untuk para petugas kesehatan entah itu dokter, bidan, dan petugas kesehatan
lainnya harus bisa memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal untuk para
pasiennya. Para tenaga kesehatan harus mengingat sumpah janjinya kepada Tuhan
YME untuk menyelamatkan pasien-pasien yang mengalami masalah kesehatannya. Para
petugas kesehatan tidak boleh egois mementingkan masalah pribadinya. Seharusnya
dokter ataupun petugas kesehatan lainnya harus siap sedia dan sigap dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya.
Walaupun
keadaanya masih capek, tapi yang namanya tenaga kesehatan harus siap kapan saja
dalam pemberian maslah kesehatan. Agar tidak terjadi hal-hal yang negatif yang
tidak diingankan oleh pasien dan keluarga pasien. Apabila penanganan kesehatan
terlambat diberikan kepada pasien tentunya akan berdampak negatif untuk pasien.
Dokter ataupun tenaga kesehatan yang lainpun dalam memberikan pelayanan
kesehatan tidak boleh memandang orang kaya ataupun orang miskin. Dan tidak
harus memandang pasien dari kedudukannya. Sebagai tenaga kesehatan semestinya
harus memberikan pelayanan kesehatan secara merata bagi pasien-pasien.
Dalam
perawatan terhadap pasienpun petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan perhatian
yang lebih kepada para pasien yang sedang sakit. Bisa dengan konseling ataupun
mengajaknya bercakap-cakap dan bergurau untuk menunjang proses penyembuhan.
Tenaga kesehatan bisa memberikan motivasi dan saran-saran kepada pasien dalam
menjaga kesehatannya.
Sebaiknya
dalam aspek kebersihan dan penataan ruangan harus dibersihkan, itupun menjadi
hal terpenting pada pelayanan kesehatan. Kebersihan ruangan-ruangan di rumah
sakit harus dijaga setiap saat. Penataan ruang yang rapipun memberi kesan yang
indah. Apalagi dengan pemberian wangi-wangian pasti para pasien nyaman dan puas
dalam pemberian pelayanan kesehatan yang diberikan.
Tak
lupa, kebersihan toilet dan musolla harus diperhatiakan karena tentunya pasien
dan para pengungjung bisa nyaman berada dalam rumah sakit ataupun tempat
pelayanan kesehatan yang lain.
Petugas
kesehatan entah itu dokter, bidan, perawat,tenaga administrasi ataupun tenaga
kesehatan lainnya harus menerapkan 5S (Salam, Sapa, Senyum, Sopan, Santun)
dalam pemberian pelayanan kepada pasien dan keluarga. Dengan begitu pelayanan
kesehatan dapat berlangsung maksimal. Tentunya dengan mererapkan prinsip 5S
(Salam, Sapa, Senyum, Sopan, Santun), pasien, keluarga pasien, dan para
pengungjung bisa senang dan suka hati dalam pelayanan kesehatan yang
diberiakan.
Dalam
pemberian asupan gizi pada pasien yang rawat inap, seharusnya diberi menu makan
yang bervariasi agar pasien tidak merasa bosan dengan makanan yang diberikan.
Makanan yang variasi tersebut dapat menambah nafsu makan pasien dan menunjang
kesembuhan pasien. Waktu pemberian makannya pun harus tepat sesuai jadwal makan
pasien. Diharapkan agar pasien tidak telat makan dan minum obat.
Dalam
rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya, diusahakan ada kantin
yang bisa dipergunakan para pengunjung ataupun para keluarga pasien. Pasti
sewaktu ketika keluarga pasien sering kebingungan dalam mencari makan di waktu
tengah malam ataupun pagi hari saat menunggu pasien. Kantin bisa menyediakan
makanan kecil, minuman, bahkan sarapan untuk para keluarga pasien. Dengan
begitu keluarga pasien dapat menjaga pola makan dan kesehatannya juga.
Selain
petugas kesehatannya harus sigap dan siap dalam pemberian pelayanan kesehatan,
harus menerapkan prinsip 5 S (Salam, Sapa, Senyum, Sopan, Santun), harus ramah
dan perhatian kepada pasien dan keluarga pasien, pola penataan ruangan dan
kebersihannya dijaga, makanan yang bervariasi dan penyediaan fasilitas yang
memadai, tentunya dari petugas kesehatannya ataupun intansi kesehatannya dapat
memberikan souvenir ketika pasien pulang. Biasanya souvenir itu kenang-kenangan
untuk pasien. Dan diharapkan memberikan pelayanan yang maksimal pada pasiennya.
Jika Nanti Saya Menjadi
Bidan
Saya
akan berusaha untuk membantu menyelamatkan wanita serta bayi-bayi sesuai apa
yang dimaksudkan pada lirik Mars IBI, tentunya dengan tidak membedakan antara
orang miskin ataupun orang kaya. Saya akan selalu menanamkan sumpah jabatan
yang telah saya ikrarkan dan berusaha untuk bekerja dengan tulus ikhlas
mengabdi, mengemban amanat bangsa tentunya. Jika saya sudah punya tempat
prakik sendiri saya berharap bisa
meyakinkan para pasien dan masyarakat tentunya bahwa fasilitas dan pelayanannya
berkualitas.
Tentunya
tempat prakteknya nanti bersih dan dekorasi serta menataan ruangannya menarik.
Dalam tempat praktek yang saya miliki sendiri tentunya nanti dapat dilengkapi
dengan alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk membantu pemeriksaan kepada
para pasien. Untuk menanbah ketertarikan pasien saya juga berencana untuk
membuka senam untuk ibu hamil, senam untuk ibu nifas, senam untuk lansia,
semacam spa dan salon untuk wanita baik itu remaja; dewasa; maupun lansia,
membuka spa dan pijat bayi, imunisasi, KB, pemeriksaan kehamilan, persalinan,
konseling-konseling seperti kesehatan organ reproduksi untuk remaja dan ibu,
konseling nutrisi ibu hamil, ibu menyusui, dan lain sebagainya. Nantinya saya
berencana untuk melengkapi pula dengan fasilitas kendaraan untuk melayani
masyarakat yang perlu dijemput, diantar maupun dirujuk. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat tindakan supaya nantinya tidak terjadi masala yang tidak
diinginkan. Tentunya saya juga akan menyediakan kebutuhan
ibu dan anak pada tempat praktik bidan. Seperti baju hamil, baju bayi,
perlengkapan bayi, pompa ASI dan lain-lain. Saya juga tidak akan menjual susu
formula, karena selain melanggar itupun bisa memberikan pendalaman kepada ibu
untuk memberikan ASI kepada bayinya selama 6 bulan. Mungkin agar pasien senang
setiap nanti pembelian kelipatan 25ribu akan mendapatkan 1 kupon berhadiah.
Misalnya untuk penukaran dengan 5 kupon bisa ditukarkan dengan selimut bayi dan
sebagainya. Selain itu nanti saya rencanakan untuk lebih sering mengadakan
pertemuan ataupun musyawarah dengan remaja ibu-ibu ataupun lansia untuk
pemberian penyuluhan itupun nantinya bisa menjadi kesempatan untuk
mempromosikan tempat praktik yang saya miliki. Dalam pelayanan yang saya
berikan nantinya mungkin saya akan bekerja sama dengan bidan lain, petugas
kesehatan, pegawai salon yang mengerti tenntang pemijatan dan spa untuk ibu
hamil, ibu nifas dan bayinya, kemudian saya juga berencana untuk bekerja sama
dengan rumah sakit terdekat dan memiliki fasilitas yang lengkap jika
sewaktu-waktu ada pasien yang harus dirujuk.
Dengan demikian, saya berharap jika nanti saya
menjadi seorang bidan dan sudah memiliki tempat praktik sendiri saya akan
melayani pasien dengan ramah dan sebaik mungkin, bersahabat dengan pasein dan
tentunya menjadi bidan yang baik dan selalu berpikir kreatif dan maju untuk
kenyamanan pasien.
Minggu, 13 Oktober 2013
Makalah Nilai Pancasila dalam Praktik Kebidanan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini telah banyak sekali
terjadi perubahan - perubahan yang cukup pesat dan luas di seluruh Dunia
sebagai akibat adanya kemajuan daya nalar atau pikir manusia. Perubahan Sosial dan Budaya akan
menghasilkan perubahan tata nilai, tetapi karena tata nilai baru belum
melembaga sementara tata nilai lama mulai ditinggalkan, maka dapat menimbulkan
berbagai gejolak, ketidakpastian, rasa cemas dan kegelisahan.
Bangsa Indonesia harus makin
memantapkan kesetiaannya kepada Pancasila, dengan cara menghayati
mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan Ekonomi, Sosial Budaya. Kehidupan
manusia tanpa mengenal Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila yang pertama dapat
mengakibatkan mereka kehilangan nilai-nilai etik, moral dan spritual. Tanpa
Kemanusiaan yang adil dan beradab, kemajuan bidang ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi justru akan memerosokkan nilai-nilai kemanusiaan ke
dalam tempat yang rendah.
Tanpa nilai Persatuan dan Kesatuan,
bangsa indonesiaakan mengalami perpecahan dari dalam, misalnya permusuhan antar
suku bangsa, antar agama atau ras. Tanpa nilai - nilai Kedaulatan rakyat, dapat
disaksikan tumbuhnya kekuatan kekuatan pemerintahan yang sewenang - wenang
yang akhirnya terjadi pertentangan antara pemerintah dan rakyat. Tanpa nilai -
nilai Keadilan sosial, dapat disaksikan kesenjangan sosial dalam
masyarakat,akan terjadi kecemburuan sosial antara sikaya dan si miskin. Lebih
lanjut hal ini dapatmenimbulkan keresahan dan perpecahan yang selanjutnya dapat
membahayakan kelestarian hidup bangsa dan negara.
Oleh sebab itu, nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam Pancasila mutlak harus dihayati dan diamalkan oleh
masyarakat Indonesia, agar kita dapat terhindar dari akibat - akibat buruk yang
dibawa oleh zaman tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah yang muncul adalah “Bagaimana bentuk
pengamalan dari sila-sila Pancasila dalam memberikan pelayanan kebidanan
kepada pasien (klien)?”
C.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai pandangan hidup dan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
2.
Tujuan Khusus
a.
Agar dapat memahami nilai-nilai pancasila dalam pandangan hidup bangsa
Indonesia.
b.
Mahasiswa mampu menerapkan nilai – nilai pancasila dalam kehidupan sehari –
hari dan dalam praktek kebidanan.
D. Manfaat Penulisan
1.
Dapat mengerti, memahami, dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
2.
Dapat
menerapkan bentuk-bentuk pengamalan sila-sila Pancasila dalam praktek
kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia. Pancasila dalam
kehidupannya ini sering disebut sebagai dasar filsafat atau dasar
falsafah negara (philosoficche Gronslag) dari negara, idiologi negara atau
(Staatsidee).
Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pencasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh pelaksana dan penyelenggara negara segala peraturan terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila.
Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pencasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh pelaksana dan penyelenggara negara segala peraturan terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila.
Maka pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum, pancasila merupakn sumber kaidah hukum negara yang
secara konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia berserta seluruh
unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan negara. Sebagai dasar
negara, Pancasila merupakan suatu asa kerokhanian yang meliputi suatu kebatinan
atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta
kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukumdasar baik yang
tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau convensi.
Dalam kehidupannya sebagaidasar negara, pancasila mempunyai kekuatan mengikat
secara hukum.
Secara umum dapat dirumuskan bahwa
mengamalkan pancasila dalam kehidupan shari-hari apabila kita mempunyai sikap
mental, pola berfikir dan tingkah laku (amal perbuatan) yang dijiwai sila-sila
pancasila secara kebulatan, bersumber kepada pembukaan dan batang tubuh UUD
1945, tidak bertentang dengan norma-norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan, dan adat istiadat serta tidak bertentangan dengan norma hokum yang
berlaku.
B.
Ketulusan dalam Praktek Kebidanan
Bidan adalah profesi yang mulia dan
tidak ringan namun dengan profesionalisme,ketulusan dan pengabdian seorang bidan
dapat mempermudah Bidan dalam menjalankan tugas profesinya.profesi Bidan
seharusnya mendapatkan penghargaan dan perhatian untuk meningkatkan prospek
kerja Bidan,dan stigma negative tentang Bidan hendaknya dihapus,tidak adil bagi
profesi dan pengabdian bidan selama ini jika kematian dikaitkan dengan
banyaknya Bidan.
Tingginya AKI dan AKB bukan
sepenuhnya kesalahan Bidan,Bidan yang telah menjalankan tugas sesuai standar
profesi serta sesuai kewenanganya namun tetap teerjadi kematian mungkin saja
pengaruh komplikasi pada Bayi ataupun Ibu.Perlu dilakukan penelitian lebih
mendalam tentang penyebab utama kematian itu terjadi sehingga perlu dilakukan
program-program serta inovasi baru untuk menanggulangi AKI dan AKB agar
dicegah.
Tingginya angka kematian ini seharusnya
menjadi pr bagi semua pihak bukan saja Bidan tetapi nakes serta berbagai pihak.
Langkah yang efektif yang dapat dilakukan bidan untuk penurunan
angka kematian diantaranyadeteksi dini kelainan ataupun masalah yang dialami
oleh ibu dan bayi melalui ANC, deteksi dini komplikasi kala 1,kala II,kala III
serta kala IV adalah manajemen yang efektif untuk mencegah serta
antisipasi terjadinya komplikasi yang berpotensi mengarah kepatologi
hingga kematian Bidan masa depan yang modern yang diharapkan dapat memberikan
inovasi baru untuk menurunkan angka kematian,karena seiring perkembangan zaman
maka semakin berkembang dan kritisnya pemikiran orang,dengan berkembangnya
pikiran manusia ,diharapkan akan lahir Bidan-Bidan yang cerdas serta inovativ
dalam menangani masalah-masalah ibu dan anak.
Ketika Bidan menjadi sorotan public
serta angka kematian Ibu dan Bayi yang menunjukan angka yang sangat drastis
mendorong saya untuk menjadi seorang Bidan masa depan yang dapat menjadi ”kunci
penurunan AKI dan AKB” di Indonesia yang mampu bekerja secara professional
serta dapat menurunkan angka kematian Ibu dan anak.Cita-cita tertinggi saya
adalah Indonesia yang sehat serta pada tahun 2014 AKI dan AKB di Idonesia
menurun menjai 0 per 100.000 kelahiran hidup.Saya tidak ingin terkenal namun
saya ingin berguna dan dapat menyelamatkan nyawa manusia.
Banyak hal yang ingin sala lakukan
ketika nanti saya menjadi Bidan di Indonesia,saya Ingin terjun langsung
kemasyarakat,mengabdi kepada masyarakat terutama untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan Ibu dan anak,agar Indonesia dapat menjadi rangking terakhir AKI dan
AKB di Dunia dan menjadi peringkat pertama dalam kategori kesehtan Ibu dan Anak
dan Stigma negative Bidan dapat diubah menjadi ”Bidan Peri penyelamat
nyawa manusia”.
C. Bentuk Pengamalan dari Sila-Sila Pancasila dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan
kepada Pasien (klien)
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa ini nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam
sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha
Esa. Oleh kerena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara moral negara, moral penyelenggara negara, politik
negara, pemerintah negara, hukum dan peraturan perundang-undangan negara
kebebasan hak dan asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa. Berikut bentuk pengamalan dari Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Kebidanan :
a.
Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
b.
Ikut mendo’akan pasien dalam kelancaran persalinan, nifas, dan sebagainya.
c.
Memberikan kesempatan kepada pasien (klien) untuk berdoa atau sembahyang
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah melakukan
tindakan asuhan kebidanan.
d.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
masing-masing jika antara bidan maupun dokter berbeda keyakinan dengan pasien.
2.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hakikat manusia harus adil dalam
hubungan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat
bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Konsep beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia,
menghargai atas kesamaan hak dan derajad tanpa membedakan suku, ras, keturunan,
status sosial maupun agama. Nilai-nilai tersebut harus dijabarkan dalam segala
aspek negara termasuk juga dalam berbagai kebijakan negara sebagai realisasi
pembangunan nasional. Berikut bentuk pengamalan dari nilai-nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab dalam Kebidanan :
a.
Memberikan pelayanan dan yang adil tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya
sesuai dengan penyakit yang diderita pasien (klien).
b.
Dalam merawat pasien hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian
dengan tidak memperlakukan pasien dengan semena-mena.
c.
Bidan merawat pasien dengan penuh perasaan cinta, serta sikap tenggang rasa.
d.
Membela pasien (Patien Advocate) pada saat terjadi pelanggaran hak-hak
pasien, sehingga pasien merasa aman dan nyaman.
e.
Bidan memberikan informasi dengan jujur dan memperlihatkan sikap empati
yaitu turut merasakan apa yang dialami oleh pasien
f.
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasan positif dan negatif pasien
dengan memberikan waktu untuk mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.
3.
Persatuan Indonesia
Nilai
Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme
Indonesia adalah nasionalisme religius. Yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan
Yang Maha Esa, nasionalisme yang humanistik yang menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. Berikut adalah pengamalan dari
nilai-nilai Persatuan Indonesia dalam Kebidanan :
a.
Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
b.
Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada kepentingan
pribadi.
4.
Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia.
Nilai
yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakikat negara adlah sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Kemudian
nilai tersebut dapat dikonkritisasi dalam kehidupan bersama yaitu kehidupan
kenegaraan baik menyangkut aspek moralitas kenegaraan, aspek politik, maupun
aspek hukum dan perundang-undangan. Berikut merupakan bentuk pengamalan dari nilai-nilai
Kerakyatan
Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan :
a.
Sebelum melakukan tindakan perawatan kepada pasien bidan hendaknya mengutamakan
musyawarah dengan pasien dan keluarga pasien dalam mengambil keputusan.
b.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
serta dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
5.
Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam bersama.
Maka nilai keadilan tersebut harus terwujud dalam keidupan bersama (kehidupan
sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan
yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan
manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan
manusia dengan Tuhannya. Nilai keadilan merupakan suatu dasar yang harus
diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu
mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan
seluruh wilayahnya mencerdaskan seluruh warganya. Nilai- nilai keadilan
tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara sesama bangsa di dunia dan
prisip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar
bangsa di dunia. Berikut bentuk pengamalan dari nilai-nilai Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia :
a.
Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban terhadap semua pasien.
b.
Perawatan pasien dilaksanakan dengan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotong-royongan antara pasien, keluarga pasien, bidan, dokter serta tim
paramedis dan medis lainnya.
D. Pengamalan
Butir-Butir Pancasila Dalam Merawat Pasien (Klien)
dalam Praktek Kebidanan
dalam Praktek Kebidanan
Menurut Depkes RI (dalam Onny,
1985) telah menetapkan bahwa pelayanan perawatan dikatakan berkualitas baik
apabila perawat/bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien sesuai dengan
aspek-aspek dasar perawatan. Aspek-aspek tersebut meliputi:
1. Aspek Penerimaan
Aspek ini meliputi sikap
bidan yang selalu ramah,
periang, selalu tersenyum, menyapa semua pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya,
sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan
bidan
harus memiliki minat terhadap
orang lain dan memiliki wawasan yang luas.
2. Aspek Perhatian
Aspek ini meliputi sikap bidan dalam memberikan
pelayanan keperawatan perlu bersikap sadar, murah
hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan
imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau
mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
3. Aspek Komunikasi
Aspek ini meliputi sikap bidan yang harus bisa
melakukan komunikasi yang baik dengan pasien
dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling
berinteraksi antara pasien dengan bidan dan adanya hubungan baik dengan keluarga pasien.
4. Aspek Kerjasama
Aspek ini meliputi sikap
bidan yang harus mampu
melakukan kerjasama yang baik dengan pasien
dan keluarga pasien.
5. Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap
bidan yang jujur, tekun dalam
tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian,
sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik
Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan pancasila sebagai
perjuangan utama dalam kehidupan kermasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh
karena itu pengamalannya harus dimuai setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelengara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan
pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan baik
dipusat maupun didaerah.
2. Dalam menjalankan profesi sebagai bidan, memberikan pelayanan yang terbaik
untuk pasien merupakan sebuah kewajiban. Bukan semata-mata hanya karena uang.
Ketulusan melayani tanpa membeda- bedakan satu sama lain merupakan
salah satu implementasi dari sila yang terkandung dalam pancasila.
B.
Saran
1.
Uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa pancasila merupakan pandangan hidup negara
kita Republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan
sila-sila dari pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung
jawab.
2.
Dalam praktek
kebidanan, diharapkan bidan lebih pengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila untuk melakukan pelayanan kebidanan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin. 1980.
Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila,
Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.
Salam, H.
Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme.
Jakarta: Rineka Cipta
Notonegoro.
1995. pancasila secara ilmiah populer.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jarmanto.
1982. Pancasila Suatu Tujuan Aspek
Histotis dan Sosio- politis.Yogyakarta: Liberty.
Salam,
Burhanuddin. 1985. Filsafat Pancasilaisme. Bandung: Bina Aksara.
Kaelan.
2008. Pendidikan Pancasila.
Yogyakarta: paradigma
Cintaku Bukan Sebatang Rokok
Puisi
Karya : Nur Dyaswara Eka K.
Karya : Nur Dyaswara Eka K.
Cintaku...
Ada yang bilang cinta itu suci
Ada yang bilang cinta itu indah
Cinta kadang dibutakan dengan nafsu
Cinta jug bisa membuat lupa akan
segalanya...
Tapi hidup tanpa cinta akan membuat
kita sengsara...
Ada yang bilang cinta itu suci
Ada yang bilang cinta itu indah
Cinta kadang dibutakan dengan nafsu
Cinta jug bisa membuat lupa akan
segalanya...
Tapi hidup tanpa cinta akan membuat
kita sengsara...
Cintaku...
Cintaku bukan sebatang rokok
Rokok yang ada di tangan sebagian Adam
Ya, cintaku bukan sebatang rokok
yang setelah dinikmati lalu dibuang
Dan cintaku ibarat telur kupu
Yang lama kelamaan bermetamorfosa
dan menjadi seekor kupu nan indah
Cintaku bukan sebatang rokok
Rokok yang ada di tangan sebagian Adam
Ya, cintaku bukan sebatang rokok
yang setelah dinikmati lalu dibuang
Dan cintaku ibarat telur kupu
Yang lama kelamaan bermetamorfosa
dan menjadi seekor kupu nan indah
Cintaku...
Cintaku bukan asap rokok
yang melayang-layang lalu menghilang
Namun Cintaku...
Cintaku bak bulan dan bintang
yang setia menghiasi sang malam
Cintaku bukan asap rokok
yang melayang-layang lalu menghilang
Namun Cintaku...
Cintaku bak bulan dan bintang
yang setia menghiasi sang malam
Cintaku...
Cintaku bukanlah permainan
Namun Cintaku bak mutiara
di dalam kerang
Yang selalu dijaga dan diperhatikan
biar indah hasilnya kelak
Cintaku bukanlah permainan
Namun Cintaku bak mutiara
di dalam kerang
Yang selalu dijaga dan diperhatikan
biar indah hasilnya kelak
Rabu, 09 November 2011
Makna Penyembelihan Hewan Kurban
Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah keyakinan.
Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat disayang. Namun dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah Allah swt Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra tercintanya Ismail, beliau memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan dalam Al Quran Surat Ash Shaafaat (37) ayat 102,
“ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “ Ia menjawab:” Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “
Kurban dalam bahasa Arab disebut dengan qurbah yang berarti mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ritual Idul Adha itu terdapat apa yang biasa disebut udlhiyah (penyembelihan hewan kurban). Pada hari itu terjadi penyembelihan hewan tertentu, seperti domba, sapi, atau kerbau, guna memenuhi panggilan Tuhan.
Akan tetapi, pengertian kurban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas. Menurut Ali Syari’ati (1997), ritual kurban bukan hanya bermakna bagaimana manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya, akan tetapi juga mendekatkan diri kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan. Sementara menurut Jalaluddin Rakhmat (1995), ibadah kurban mencerminkan dengan tegas pesan solidaritas sosial Islam, mendekatkan diri kepada saudara-saudara kita yang kekurangan.
Dengan demikian paling tidak ada tiga makna yang terkandung dalam peringatan idul adha ini, yaitu
- Makna ketakwaan manusia atas perintah sang pencipta. Kurban adalah lambing penyerahan diri manusia secara utuh kepada sang pencipta, sekalipun dalam bentuk pengurbanan seorang anak yang sangat kita kasihi.
- Makna sosial, dengan kurban umat islam dididik agar memiliki kepekaan dan solidaritas tinggi terhadap sesama.
- Makna bahwa apa yang dikurbankan merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang, cenderung tidak menghargai hukum dan norma-norma sosial menuju hidup yang hakiki.
Kisah penyembelihan Ismail, pada hakikatnya adalah refleksi dari kelemahkan iman, yang menghalangi kebajikan, yang membuat manusia menjadi egois sehingga manusia tuli terhadap panggilan Tuhan dan perintah kebenaran. Ismail adalah simbolisasi dari kelemahan manusia sebagai makhluk yang daif, gila hormat, haus pangkat, lapar kedudukan, dan nafsu berkuasa. Semua sifat daif itu harus disembelih atau dikorbankan
Langganan:
Postingan (Atom)